Sudah sejak pagi tadi aku dalam perjalanan dari Rumah menuju Posko KKN di Desa Ponowaren, Kecamatan Tawangsari Sukoharjo. Perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu jauh namun harus ditempuh selama 4 jam. Sesampainya di posko waktu sudah menunjukan pukul 14.30.
tanpa sempat beristirahat aku langsung menuju ke Masjid Al-Amin di Dukuh Jonggolan dekat dengan Posko KKN karena hari ini Sabtu 10 Agustus 2019 adalah jadwal lomba Taman Pendidikan Al-Qur'an yaitu salah satu program kerja kelompok KKN kami.
Setelah persiapan beberapa lama, akhirnya lomba TPA pun dimulai, aku mendapat bagian lomba Adzan, aku mendampingi ustadz yang kami mintai tolong untuk menjadi juri lomba. Kebetulan peserta lomba adzan hanya ada 7 santri, sehingga lomba cepat selesai.
Aku tak begitu mengenal bapak tadi karena komunikasi beliau dengan kelompok kami melalui teman KKN yang lain, Setelah lomba selesai, aku coba ajak bapak tadi berbincang, sebut saja namanya bapak Tri. Kucoba berbasa-basi
"Saya baru tau pak, ternyata adzan itu pada bagian hayya alas sholat dan hayya alal falah harus sambil menengok ke kiri dan ke kanan"
"Oh iya mas, itu dari semua mahzab mengajarkan begitu, baik NU maupun Muhammadiyah setahu saya juga begitu"
"Oalah iya pak, selama ini saya kalo adzan ya lurus kedepan aja"
"Bapak sudah lama mengajar ngaji pak?"
"Waduh saya nggak ngajar TPA mas"
Sontak aku pun terkejut, karena kupikir beliau ini adalah seorang Ustadz yang mengajar TPA dari santri yang mengikuti lomba. Info dari teman-teman KKN juga beliau adalah takmir masjid disini.
"Hmm bapak sudah lama jadi takmir masjid?"
"Saya juga bukan takmir mas, takmirnya sudah ada yang lain, saya cuma bantu bersih-bersih disini"
"Masnya kuliah ambil jurusan apa?" Ganti beliau yang bertanya.
"Saya ambilnya jurusan Olahraga pak"
"Wah bagus itu mas, nanti jadi guru olahraga, biasanya enak nanti cari kerjanya"
.
.
Selepas itu obrolan pun mengalir sampai jauh (walah malah kayak iklan paralon :v)
.
"KKN disini berapa bulan mas?"
"45 hari pak, InsyaAllah nanti sampai tanggal 22 Agustus"
"Wah berarti tinggal 12 hari lagi ya?, Sudah mau selesai"
"Nggih pak"
" Kalo dulu saya kuliah S1 Hukum di Magelang, saya lanjut S2 nya di solo, sebelum itu saya juga sekolah pelayaran dik"
Akupun kaget mendengarkannya, ternyata beliau ini seorang Magister Hukum, selain itu menurut cerita beliau sebelumnya juga adalah seorang lulusan Akademi Pelayaran.
"Oalah, berarti bapak niki ngajar nggih? (Jadi Guru)"
"Nggak dik, saya orang partai"
Lantas dia menceritakan bahwa dia ternyata adalah anggota salah satu partai yang cukup terkenal.
"Saya sejak lama udah jadi anggota partai dik, bahkan saya dulu itu juga termasuk perintis Cabang-cabang partai. Saya sudah keliling hampir seluruh Indonesia sudah saya masuki untuk mendirikan cabang-cabang di daerah di Seluruh Nusantara"
"Kemarin saya juga nyaleg dek, di DPRD kota. Saya kalah 17 suara dari saingan saya. Saingan saya itu pun sebenarnya kawan saya juga.
Sebenarnya dari awal saya kalau saya kalkulasi saya sudah menang 800 suara dari pesaing-pesaing saya. Tapi pas saat H-1 pencoblosan seorang petinggi salah satu ormas Nasional tiba-tiba membuat keputusan agar anggota nya mengalihkan dukungan ke suatu partai politik, padahal saya sudah susah payah meraih dukungan dari ormas keagamaan tersebut, yah mau gimana lagi dik udah rezekinya begini" ujar beliau panjang lebar.
Betapa herannya aku dengan bapak ini, dilihat dari penampilan luarnya dia sangat sederhana dan apa adanya, tidak ada yang spesial dari dirinya. Namun ternyata dibalik itu semua ada hal yang menakjubkan dalam dirinya.
*Ohh berarti bapak sekarang kerjanya apa?"
"Sekarang saya nggarap sawah aja dik"
"Dulu saya pernah berlayar dik, walahh kalo dipelayaran gajinya biasanya 117 jutaan pasti megang dik. Tapi dulu itu pas saya lagi berlayar bapak saya meninggal di kampung, saya gak bisa pulang karena udah ikat kontrak, sampai akhirnya saya terlempar ke dunia politik, hehehe. Sekarang saya tinggal dengan ibu saya, ibu saya udah sepuh dik, usianya sekarang 95 tahunan, saya mau berlayar masih belum diperbolehkan sama ibu saya. Yasudah saya putuskan dirumah dulu merawat ibu saya, pingin berbakti di masa tuanya Kini"
Aku pun terharu dengan ceritanya ini, seorang lulusan akademi pelayaran, selain itu juga Magister Hukum, salah satu anggota partai politik besar di Indonesia yang lika-liku hidupnya begitu berliku. Kesempatan mengobrol seperti ini tentu sangat jarang terjadi.
Obrolan terus berlanjut, ternyata memang benar beliau bukan orang sembarangan. Beliau tahu hal-hal yang terjadi di balik layar kejadian besar di Republik ini. Misal tentang salah satu partai politik yang sudah diberi jatah kursi jabatan tinggi di MPR. Lalu kejadian dibalik padamnya listrik di pulau Jawa selama 14 harian, dan kejadian-kejadian lain. Saya tidak berani menceritakan hal ini, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Zaman sekarang harus pintar cari peluang mas, sekarang misal masnya lulus, nanti teman-teman kuliah sampeyan bakal jadi saingan mencari lowongan pekerjaan. Ditambah lagi nanti katanya mau impor guru dari luar negeri. Udah saingan sama temen sendiri, ditambah saingan sama orang luar negeri, susah pake banget jadinya"
"Bukan cuma guru Ding, Sekarang ada juga rencana impor Rektor dari Luar Negeri, Republik ini jadi edan sekarang".
Semakin takjub saya, pemikiran beliau sangat luas dan mampu melihat resiko di masa depan. Sekaligus miris juga sih dengan keadaan negeri sekarang yang makin amburadul.
Beliau juga bercerita, selama di kampus dulu beliau adalah seorang aktivis bahkan sampai sekarang di masa tuanya. Di Akpelni beliau pernah jadi Komandan Resimen Mahasiswa, saat kuliah Hukum di masa kejatuhan Presiden Soeharto, beliau bahkan sudah menjadi ketua BEM. Saat tragedi 21 Mei beliau pun juga datang ke gedung MK, bahkan temannya sendiri juga menjadi korban tewas tertembus peluru tajam.
Memang benar kata pepatah, jangan nilai buku dari sampulnya~